Stainless Steel
Stainless Steel terbuat dari beberapa kandungan logam, seperti kromium dan nikel.
Kromium berfungsi untuk membantu mengikat oksigen ke permukaan bahan, dan melindungi besi dari proses oksidasi yang dapat menyebabkan karat. Kandungan kromium yang tinggi tentu akan berpengaruh juga terhadap daya tahan stainless steel terhadap korosi/karat.
Sementara itu, kandungan nikel pada stainless steel bertujuan untuk meningkatkan ketahanan stainless steel terhadap proses oksidasi (karatan). Kandungan nikel yang tinggi akan membuat stainless steal semakin kebal terhadap korosi.
Berdasarkan struktur kristalnya stainless steel terbagi menjadi lima kategori dasar, yaitu martensitic, ferritic, austenitic, duplex, dan percipitation hardening.
Untuk membedakan semua jenis stainless steel dapat menggunakan XRF Handheld Analyzer. X-Ray Fluorescence digunakan untuk mengidentifikasi kadar yang akurat dari berbagai macam bahan (logam padat dan bubuk, polimer, kayu, larutan, tanah, bijih, mineral dll).
Austenitic
Austenitic tersusun dari beberapa bahan, yaitu 16% kromium, 7% nikel, dan nitrogen. Sifat SS austenitic yaitu: memiliki kekuatan dan ketahanan pada suhu (baik suhu tinggi maupun suhu rendah), serta memiliki ketahanan terhadap korosi lebih baik daripada jenis ferritic dan martensitic. Tipe seri SS yang masuk dalam kategori austenitic, yaitu seri SS 300 dan seri SS 200.
Perbedaan seri ini dipengaruhi oleh perbedaan komposisi metalurginya, yang akhirnya karakteristiknya pun ikut berbeda pula. Seri SS 300 lebih tahan karat jika dibandingkan seri SS 200. Namun, seri SS 200 memiliki harga yang lebih murah saat dibandingkan dengan tipe SS 300.
Ferritic
Jenis SS ferritic terbuat dari komposisi kromium (10,5%-29%), molibdenum, aluminium, titanium, dan sedikit nikel. Ketahanan akan kororsi jenis ini memang tidak sehebat austenitic. Akan tetapi, masih lebih baik daripada martensitic. Keunggulan SS ferritic yaitu harganya yang relatif murah. Beberapa tipe seri SS 400 masuk ke dalam kategori ferritic, seperti: seri 405, 409, 430, 434, 439, 444, dan 446.
Martensitic
Martensitic mengandung 10,5%-18% kromium, 2% nikel, dan karbon dengan jumlah yang besar. Kandungan lain dari martensitic yaitu: molibdenum, niobium, silicon, tungsten, vanadium, dan lain-lain. SS tipe ini masih memiliki kekurangan terhadap kemampuan mencegah korosi, terlebih jika dibandingkan dua tipe di atas. Namun, kekuatan dan kekerasan stainless ini bisa diacungi jempol. Itulah sebabnya SS jenis ini banyak digunakan untuk pembuatan pisau, peralatan grinding, dan lainnya. Sebagian tipe seri SS 400 masuk dalam kategori martensitic.
Duplex
Jenis ini merupakan hasil ‘pernikahan’ antara jenis autenitic dan ferritic. Oleh sebab itu, karakteristiknya pun hampir serupa dengan autenitic dan ferritic. Kemampuan duplex dalam mencegah korosi hampir serupa dengan autenitic. Sementara kekokohan SS berada di antara autenitic dan ferritic. Meski demikian, SS ini memiliki ketahanan stress corrosion cracking lebih baik daripada seri autenitic. Jenis ini biasa digunakan untuk pembuatan komponen kapal, industri petrokimia, dan industri kertas.
Precipitation Hardening
SS ini merupakan kombinasi optimal dari SS austenitic dan martensitic. Itulah sebabnya SS ini memiliki sifat yang unik dibandingkan jenis lainnya. Karakter percipitation hardening memiliki kekuatan yang tinggi, dan lebih tahan terhadap korosi (diambil dari sifat austenitic). Tipe seri yang termasuk dalam kategori ini, yaitu AISI 17-4 PH yang biasa disebut dengan AISI 630.
Seri Stainless yang sering digunakan dalam dunia industri adalah SS 304 dan SS316, berikut detailnya mengenai kedua seri tersebut,
SS 304
Stainless steel yang masuk dalam kategori food grade merupakan stainless steel dengan komposisi 18/8 atau 18/10. Arti kode ini menunjukkan komposisi kandugan kromium dan nikel. Semakin besar kandungan nikel semakin besar pula kemampuan bahan untuk mencegah korosi. Selain itu, kandungan nikel membuat SS lebih kokoh.
Seri 304 memiliki komposisi 18/8, yang artinya: kandungan kromium sebesar 18% sedangkan kandungan nikel sebesar 8%. Komposisi ini membuat membuat SS lebih kokoh dan bercahaya, lebih tahan terhadap korosi dan aman bersentuhan langsung dengan makanan/minuman. SS 304 banyak digunakan untuk industri kuliner, hotel, rumah sakit, atau tempat makan khusus bayi.
SS 316
Sama seperti 304 yang termasuk dalam ‘keluarga’ tipe seri 300, 316 pun demikian. Bahkan secara tampilan dan sifat kedua tipe ini pun hampir serupa. Kedua tipe ini sama-sama non-magnetik, tahan karat, dan lebih tahan pada suhu tinggi.
Perbedaan kedua seri ini ada pada komposisi logam penyusunnya. Seri 316 memiliki komposisi 16/10 yang artinya mengandung kromium sebesar 16%, serta kandungan nikel sebanyak 10%. Selain itu, seri 316 memiliki kandungan molibdenum (Mo), yang membuat seri ini lebih tahan terhadap korosi pitting.
Korosi pitting merupakan korosi lokal yang mengakibatkan lubang-lubang kecil pada permukaan stainless steel. Meski demikian, stainless steel ini sangat jarang digunakan untuk peralatan makan/minum/masak. Alasannya: karena harganya yang jauh lebih mahal daripada seri 304. Seri 316 lebih banyak digunakan untuk komponen mesin, keran, pompa, dan peralatan industri lainnya. Seri 316 pun banyak digunakan untuk peralatan yang diletakkan di lepas pantai, yang kerap bersentuhan langsung dengan air laut.